SAUDARIKU MENGAPA ENGKAU ENGGAN BERJILBAB
selagi Allah I memerintahkan suatu perintah kepada kita, maka Allah tahu bahwa perintah itu untuk kemaslahatan kita
dan itu merupakan salah satu faktor kebahagiaan kita. Selagi Allah memerintahkan wanita untuk berjilbab, maka Dia juga tahu bahwa ini dimaksudkan sebagai faktor kebahagiaan dan kehormatan diri wanita tersebut.
Karena Allah I Maha Mengetahui, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, mengetahui sejak manusia belum diciptakan, mengetahui apa yang bakal terjadi pada masa mendatang tanpa batas, mengetahui peristiwa-peristiwa yang belum terjadi, maka logiskah jika firman Allah I yang memiliki ilmu seperti ini ditolak oleh seseorang, lalu dia menerima perkataan manusia yang memiliki setumpuk kekurangan, yang ilmunya serba terbatas, kemudian dengan pengetahuannya yang terbatas itu dia ingin membantah firman Allah tentang kewajiban berjilbab dengan mengatakan bahwa dengan berjilbab dapat mengakibatkan pengangguran, dengan berjilbab tidak laku nikah, dengan jilbab terkucil dari pergaulan, dengan jilbab……?!
Selagi sebagian ukhti (saudari) yang belum berhijab dinasehati, maka diantara mereka ada yang buru-buru menjawab, "Aku juga wanita muslimah yang selalu menjaga shalat wajib maupun sunnah, aku juga puasa Ramadhan, melaksanaan kewajiban haji, pernah berumrah beberapa kali, tetapi aku belum merasakan kemantapan jika berhijab."
Syaikh Abdul Hamid Al-Bilaly menanggapi ucapan mereka dengan mengatakan: "Kalau memang Anda sudah dan selalu melaksanakan amalan-amalan yang terpuji, yang muncul dari iman dan kepatuhan terhadap perintah Allah serta takut siksaNya jika meninggalkan kewajiban-kewajiban itu, lalu mengapa Anda beriman kepada sebagian dan tidak beriman kepada sebagian yang lain, padahal sumber perintah-perintah itu adalah satu?
Seperti shalat yang selalu Anda laksanakan. Itu merupakan kewajiban berdasarkan nash Kitab Allah. Hijab juga wajib, dan kewajibannya tidak bisa diragukan di dalam Kitab serta sunnah. Atau apakah Anda tidak pernah mendengar celaan Allah terhadap Bani Israil, karena mereka melaksanakan sebagian perintah dan meninggalkan sebagian yang lain?
Firman Allah I yang artinya: "Apakah kamu beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiada alasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu perbuat." (Al-Baqarah: 85).
Perhatikanlah pula hadits ini, artinya:
"Sesungguhnya penghuni Neraka yang paling ringan adzabnya pada hari kiamat adalah orang yang diletakkan kedua kakinya pada dua bara api, dari dua bara api ini otaknya mendidih, sebagaimana bejana yang digodok dengan menggunakan tempayan besar." (HR. Al-Bukhari).
Perhatikanlah !
Kalau seperti ini gambaran adzab paling ringan pada hari kiamat, lalu bagaimana adzab bagi orang yang secara nyata diancam oleh Allah dengan siksa yang sangat berat sebagaimana terkandung dalam ayat ini, karena dia beriman kepada sebagian yang lain dan meninggalkan sebagian yang lain?
Wahai Ukhti..!
Apakah hanya karena mementingkan penampilan dan untuk membangga-banggakan diri di dunia, sehingga Anda rela menjual akhirat Anda, dan Anda siap untuk menerima adzab yang pedih?
Kami tidak berharap kecuali kebaikan di dunia dan di akhirat. Kami hanya berharap agar Anda mau menggunakan akal sehat demi kebaikan ini.
Untaian Kata untuk Ukhti
Dengan bersaksi kepada Allah, kami benar-benar mengkhawatirkan dirimu akan mendapatkan siksa Allah. Kami benar-benar berhasrat untuk menyelamatkanmu dari segala mara bahaya yang akan ukhti hadapi di dunia dan di akhirat. Ini merupakan kewajiban orang muslim kepada muslim lainnya.
Diantara resiko yang akan menimpa ukhti yang tidak berhijab, baik di dunia maupun di akhirat telah disebutkan Nabi r yang artinya:
"Pada akhir ummatku akan muncul kaum laki-laki yang menaiki pelana seperti layaknya laki-laki, mereka turun di ambang pintu masid-masjid, wanita-wanita berpakaian tapi laksana wanita telanjang, di atas kepala mereka (ada sesuatu) seperti punuk onta yang lemah gemulai. Laknatlah mereka, karena sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita yang terlaknat." (HR. Imam Ahmad. Menurut Al-Haitsami rijal Ahmad adalah rijal shahih).
Wahai ukhti yang tidak berhijab! Apakah Anda tahu makna laknat? Laknat artinya penjauhan dari rahmat Allah.
Dalam hadits ini Rasulullah r memerintahkan agar melaknat jenis wanita seperti yang disebutkan itu, yaitu mereka yang mengenakan baju, tetapi tidak sampai menutupi auratnya. Jadi seakan-akan mereka telanjang. Dalam hadits lain beliau bersabda:
سِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَىهُمَا بَعْدَ: قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كاَسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلاَتٌ مُمِيْلاَتٌ رُأُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَيَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا
"Dua golongan termasuk penghuni neraka, yang tidak pernah kulihat seperti mereka berdua, yaitu orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi. Mereka mencambuki manusia dengannya, dan para wanita yang berpakaian tetapi telanjang, bergoyang-goyang dan berlenggak-lenggok, kepala mereka (ada sesuatu) seperti punuk onta yang bergoyang-goyang. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sesungguhnya bau surga itu tercium dari jarak perjalanan begini dan begini.” (HR. Muslim).
Karakter kelompok yang dikabarkan Nabi r dalam hadits ini adalah:
1.Mengenakan pakaian tetapi menyerupai orang telanjang. Pakaian-pakaian tersebut tidak menutupi aurat, karena amat pendek, tipis/tembus pandang dan ketat.
2.Berlenggak-lenggok di depan umum untuk mencari perhatian laki-laki.
3.Bergoyang, sehingga membangkitkan nafsu birahi laki-laki.
4.Kepalanya nampak lebih tinggi, karena dia membuat seni hiasan dari rambut sintesis (semacam sanggul) atau dari lainnya. Saking tingginya dia seperti punuk unta yang sedang berjalan.
Kami hanya menginginkan kebaikan bagi ukhti. Semoga ukhti sanggup untuk mengalahkan setan yang berwujud manusia maupun jin, lalu ukhti berketetapan memburaikan belenggu dan melepaskan diri dari tawanan hawa nafsu, menuju alam kebebasan, kemuliaan, kehormatan dan kesucian.
Apakah Ukhti Sudah Merasa Aman?
Wahai ukhti yang tidak berhijab! Kalau Anda menolak berhiijab dengan alasan masih kanak-kanak, apakah Anda sudah merasa aman dengan umur Anda? Apakah Anda sadar bahwa tidak ada seseorang yang akan mengabarkan saat kematian? Maka boleh jadi kematian akan menghampirimu setahun, sebulan, sepekan, sehari, sejam, atau sedetik kemudian. Semua ini sangat mungkin, karena memang kita tidak tahu kapan ajal kita akan datang.
Wahai ukhti!
Kematian tidak akan mengetuk pintu orang yang sakit saja, tidak pula orang lanjut usia saja, tetapi juga orang yang segar bugar, remaja dan bahkan anak-anak yang masih menyusu ke ibunya.
Nasehat untuk Para Wali
Para wali, baik bapak atau ibu yang melarang anak-anak putrinya berhijab dengan berbagai alasan, mempunyai tanggung jawab yang besar di hadapan Allah pada hari kiamat.
Allah akan menanyakan tindakannya itu pada hari kiamat, saat hisab dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. Firman-Nya yang artinya:
"Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian), karena sesungguhnya mereka akan ditanya." (Ash-Shaffat: 24).
Nabi r bersabda, artinya:
"Setiap orang diantara kamu menjadi pemimpin dan setiap orang di antara kamu akan ditanya tentang yang dipimpinnya…" (HR. Bukhari).
Bapak merupakan pemimpin pertama dalam rumah tangga.
Pada hari kiamat dia akan ditanya tentang setiap orang yang berada di bawah kepemimpinannya.
Maka hendaklah setiap bapak atau ibu bertanya kepada dirinya sendiri: Telah berapa banyak para pemuda yang terpesona oleh anak putrinya? Seberapa jauh anak putrinya akan menyebabkan peyimpangan para pemuda? Seberapa jauh anak putrinya akan mendapatkan
perlakuan tidak patut dari pemuda itu?
Dan semua itu kelak akan dituntut pertanggungjawabannya di pengadilan Allah I. Maka siapkanlah jawaban yang tepat untuk pertanyaan-pertanyaan itu! Wallahu A’laa
@Abu ‘Ubaidillah
Maraji’:
1. Ila Ukhti Ghairil-Muhajjabah, mal-Mani’u minal-Hijab (terjemah) Karya Abdul Hamid Al-Bilaly.
2. Risalah ila kulli Muslimin wa Muslimah (terjemah) Karya Syaikh Muhammad Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar