Sabtu, 22 Oktober 2011

DIABETES MELITUS


DIABETES MELITUS


A.  Pengertian

            Diabetes melitus  merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia atau suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multisistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan difesiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat ( Brunner dan Suddarth ).
            Pengertian lain dari diabetes melitus yaitu berupa gangguan metabolisme karbohidrat,yang disebabkan kekurangan insulin relatif atau absolut yang dapat timbul pada berbagai usia dengan gejala, hyperglikemmia, glikosuria, poliuria, polidipsi, polipagi, kelemahan umum, dan penurunan berat badan.

B.  Etiologi

            Penyebab diabetes melitus belum diketahui pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan. Diabetes mellitus dapat dibedakan atas dua yaitu :
1.      Diabetes type I (Insulin Depedent Diabetes Melitus/IDDM ) tergantung insulin dapat disebabkan karena faktor genetik, imunologi dan mungkin lingkungan misalnya infeksi virus.
q  Faktor genetik, penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes type 1.
q  Faktor immunologi, pada diabetes type 1 terdapat bukti adanya suatu proses respon autoimun.
q  Faktor lingkungan, virus ataau vaksin menurut hasil penelitian dapat memicu destruksi sel beta atau dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel beta.
2.      Diabetes type II (Non Insulin Depedent Diabetes Melitus /NIDDM) yaitu tidak tergantung insulin. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan penting dalam proses terjadinya resistensi insulin.

C.  Faktor Resiko

            Yang menjadi faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes melitus yaitu:
q  Usia ( Resistensi insulin cendrung meningkat pada usia 65 tahun ).
q  Obesitas.
q  Riwayat keluarga.
q  Kelainan pankreas.
q  Kelompok etnik ( belum ada pendapat yang pasti ).




D.  Patofisiologi Dan Penyimpangan KDM

 
Defisiensi Insulin
 

                                                   glukagon↑                                 penurunan pemakaian
glukosa oleh sel

                                 glukoneogenesis                                     hiperglikemia
 

       lemak                          protein                               glycosuria

   ketogenesis                       BUN↑                         Osmotic Diuresis
Kekurangan volume cairan
 

     ketonemia               Nitrogen urine ↑      Dehidrasi

Mual muntah
         ↓ pH                                                                 Hemokonsentrasi
 

Resti Ggn Nutrisi
Kurang dari kebutuhan
                    Asidosis                                                                  Trombosis
§  Koma
§  Kematian
 

                                                                                                 Aterosklerosis
 

Mikrovaskuler
Makrovaskuler
   
Retina
Ginjal
Jantung
Serebral
Ekstremitas
Miokard Infark
Stroke
Gangren
Retinopati diabetik
Ggn. Penglihatan
Gagal Ginjal
Resiko Injury
Nefropati
Ggn Integritas Kulit
 










E.  Manifestasi Klinik

  1. Gejala utama adalah akibat tingginya kadar gula darah (hyperglikemia ) antara lain poliuria, polidipsi, polipagi.
  2. Kelainan kulit yaitu gatal-gatal.
  3. Kelainan ginekologis misalnya keputihan.
  4. Kesemutaan, rasa gatal.
  5. Kelemahan tubuh.
  6. Luka yang tidak sembuh.
  7. Infeksi saluran kemih.
  8. Penurunan berat badan.

F.     Komplikasi

Komplikasi yang biasanya menyertai atau yang timbul pada penyakit diabetes antara lain :
1.      Kelebihan cairan, edema pulmoner, gagal jantung kongestif.
2.      Hipokalemia
3.      Hiperglikemia dan ketoasidosis
4.      Hipoglikemia
5.      Edema serebri
6.      Komplikasi jangka panjang misalnya penyakit arteri koroner, penyakit serebro vaskuler, retinopaty diabetik, nefropaty, neuroipaty, penyakit vasculer perifer (luka dan ganggren).

G.  Penatalaksanaan

Ada lima (5) komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus yaitu :
1.      Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes mielitus.
-          Penentuan gizi, hitung persentase, Relatief Body Weigth.
-          Jika kerja berat atau latihan berat maka jumlah kalori bertambah.
-          Untuk klien DM pekerja biasa:
1)      Kurus; < 90%        : BB x 40-60 kal/hr.
2)      Normal; 90-110% : BB x 30 kal/hr.
3)      Gemuk; > 110%   : BB x 20 kal/hr.
-          Komposisi diet
1)      Lemak 20%
2)      Protein 20%
3)      Karbohidrat 60%
2.      Latihan atau Olahraga
Menimbulkan penurunan kadar gula darah yang disebabkan oleh tingginya penggunaan glukosa didarah perifer dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Tidak berlaku bagi klien dengan kadar gula darah tinggi.
3.      Pemantauan Glukosa
4.      Terapi atau Obat-obatan
Pengobatan dengan oral, hipoglikemik agent yaitu bagi klien yang belum pernah mendapat terapi insulin, ibu atau klien yang tidak hamil, pasien gemuk dan pasien yang berusia >40 tahun. Pengobatan dengan injeksi insulin 2 x/hari atau bahkan lebih sering lagi dalam sehari.
5.      Pendidikan dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Diabetes merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup, sehingga harus belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari. Pasien diabetes juga harus memiliki perilaku prepentif dalam gaya hidupnya untuk mencegah komplikasi sehingga memerlukan pendidikan atau informasi.


 H.  Diagnosa Keperawatan

a.       Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan polyuria dan dehydrasi.
b.       Gangguan pola napas berhubungan dengan asidosis metabolik.
c.       Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipermetabolik, penurunan intake oral.
d.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik dan kelemahan fisik.
e.       Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan diuretik osmotik.

i.             Intervensi Keperawatan

1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan polyuria dan dehydrasi.
Tujuan       : Kebutuhan cairan elektrolit terpenuhi.
Intervensi  :
-          Kaji intensitas muntah dan pengeluaran urine yang berlebihan.
Rasional:    Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total. Bila terjadi infeksi akan ditemukan adanya demam dan hipermetabolik yang meningkatkan intensitas IWL.
-          Monitor tanda-tanda vital.
Rasional:    Hipovolemia dimanifestasikan dengan hipotensi dan takikardia.
-          Kaji pola pernapasan kusmaul, kualitasnya dan napas bau aseton.
Rasional:    Paru-paru akan mengeluarkan asam karbonaat sebagai akibat ketoasidosis. Napas bau aseton sebagai akibat pemecahan asam acetoasetik sehingga akan menyebabkan pernapasan kusmaul.
-          Monitor intake dan out put cairan. Timbang BB secara teratur.
Rasional:    Memperkirakan kebutuhan kebutuhan cairan tubuh, kerja ginjal dan efektifitas pengobatan. Penurunan BB menunjukan adanya pengeluaran cairan yang berlebihan.
-          Pertahankan asupan cairan 2500 ml/hari dalam batas toleransi jantung.
Rasional:    Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi.
-          Obervasi kemungkinan adanya perubahan tingkat kesadaran.
Rasional:    Perubahan status mental klien sebagai akibat peningkatan atau penurunan kadar glukosa, gangguan elektrolit, asidosis, pernurunan perfusi serebral dan hipoksia.
-          Pasang urin bag/kateter.
Rasional:    Memfasilitasi pengukuran out put secara akurat (terutama pada klien yang mengalami retensi urine/inkontinen).
-          Monitor pemeriksaan laboratorium seperti hematokrit.
Rasional:    Hasil pemeriksaan akan menunjukan tingkat hydrasi. Bila terjadi peningkatan menunjukan gangguan diuresis osmotik.



2. Gangguan pola napas berhubungan dengan asidosis metabolik.
Tujuan :       Klien dapat menunjukan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat pada jaringan serta tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru, yang ditandai dengan klien bebas dari gejala distress pernapasan seperti kusmaul.
Intervensi :
-          Monitor kualitas dan irama pernapasan.
Rasional :   Jalan napas yang kolaps dapat menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi, secara negative mempengaruhi pertujaran gas.
-          Berikan posisi semi fowler.
Rasional :   Menurunkan konsumsi atau kebutuhan oksigen dan mempermudah pernapasan yang meningkatkan kenyamanan fisiologi dan psikologi.
-          Anjurkan kepada klien untuk istirahat yang cukup.
Rasional :   Istirahat akan membantu respon klien terhadap aktivitas dan kemampuan berpartisipasi dalam perawatan.
-          Ajarkan klien untuk bernapas efektif.
Rasional :   Meminimalkan fungsi paru dan jantung serta memudahkan aliran oksigen.
-          Berikan oksigen jika ada indikasi.
Rasional :   Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki atau menurunkan hipoksemia jaringan.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipermetabolik, penurunan intake oral.
Tujuan :           Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mepertahankan berat badan dalam rangka pertumbuhan, dengan criteria hasil porsi makan dihabiskan, BB meningkat atau dipertahankan.
Intervensi  :
-          Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional:    Merupakan indikator terhadap asupan makanan yang adekuat.
-          Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan.
Rasional :   mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
-          Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen.
Rasional :   Hiperglikemia dan gangguan keseimbangaan cairan elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung.
-          Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika klien dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan oral.
Rasional :   Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar dan fungsi ganstrointestinalnya baik.
-          Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural/etnik.
Rasional :   Menghindari kelelahan saat makan, meminimalkan anoreksia dan mual serta untuk mempertahankan kebutuhan nutrisi klien.
-          Libatkan keluarga pada perencanaan makanan sesuai indikasi.
Rasional :   Meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dalam perawatan klien dan memberikan informasi untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik dan kelemahan fisik.
Tujuan        : Klien menunjukan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktivitas secara mandiri.
Intervensi  :
-          Kaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas.
Rasional:    Menerapkan kemam-puan klien dalam memenuhi kebutuhan-nya dan memudahkan intervensi selanjutnya.

-          Libatkan keluarga dalam membantu aktivitas klien sehari-hari.
Rasional:    Memungkinkan keluarga terlibat secara aktif dalam pemenuhan ADL klien.
-          Observasi TTV.
Rasional:    Untuk mengetahui keadaan klien secara umum.
-          Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
Rasional:    Membantu memenuhi aktivitas klien dengan menggunakan energi minimal.
-          Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
Rasional: Meningkatkan kepercayaan diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang ditoleransi klien.

5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan peningkatan diuretik osmotik.
Tujuan : Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan secara teratur.
Intervensi  :
-          Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
Rasional:    Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang tepat.
-          Ciptakan tempat tidur yang nyaman dan beberapa barang pribadi klien seperti bantal guling.
Rasional:    Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi – psikologis.
-          Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan dan lampu yang terlalu terang
Rasional:    Memberikan situasi yang kondusif untuk tidur/istirahat.
-          Atur klien dalam posisi yang nyaman dan bantu dalam mengubah posisi.
Rasional:    Pengubahan posisi akan mengubah area tekanan dan mening-katkan kenyamanan dalam beristirahat.
-          Hindari mengganggu klien bila mungkin (misalnya; membangunkan untuk obat dan terapi)
Rasional:    Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan klien mungkin tidak dapat tidur setelah di bangunkan.

DAFTAR PUSTAKA


1.       Price Wilson, 1995, Pathofisiologi II  Edisi 4, EGC, Jakarta.

2.       Brunner & Suddart, 2001, Keperawatn Medikal Bedah Edisi 8, Vol. II, EGC, Jakarta.

3.       Corwin Elisabeth J., 2000, Pathofisiologi, EGC, Jakarta.

4.       Doenges, Moorhouse & Geisser, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar